Selasa, 14 Februari 2017

Stent Dan Balon Harapan Baru Bagi Penderita Jantung Koroner

Stent Dan Balon Harapan Baru Bagi Penderita Jantung Koroner - Laporan badan kesehatan dunia (WHO) tahun 2004 mencatat, tujuh juta orang meninggal setiap tahun akibat penyakit jantung koroner. Angka tersebut diperkiarakan meningkat menjadi 11 juta pada tahun 2020. Akan tetapi, kemajuan di bidang medis telah memberi harapan baru bagi penderita penyakit jantung koroner dengan ditemukanya sebuah alat bantu yang dinamakan "stent" dan "balon". 

Stent merupakan anyaman stainlesstell atau baja antikarat berbentuk cincin yang membungkus sebagian dari permukaan luar balon yang digunakan sebagai media untuk menempatkan stent pada pembuluh darah yang mengalami penyempitan. 

Diameter stent di mulai dari 2,25 hingga 4 mm, sedangkan panjangnya mencapai 33 mm. Pemilihan stent ditentukan oleh dokter berdasarkan diameter koroner dan panjangnya pembuluh yang mengalami penyempitan. 

Istilah stent di ambil dari nama seorang dokter gigi asal Inggris, yaitu Charles T. STent (1807 - 1885) yang berhasil menemukan alat penyangga khusus untuk meratakan gigi. 

Setelah stent dan balon sampai pada pembuluh darah yang mengalami penyempitan maka balon akan melepaskan Stent untuk tetap meregang pada pembuluh darah mengembang dan terbuka kembali untuk aliran darah. 

Stent ini berfungsi untuk menyanggah lumen arteri koroner agar tidak menyempit kembali atau restenosis, setelah dilebarkan oleh balon. Dari beberapa kasus ini, restenosis dapat diturunkan sampai 20% dengan menggunakan Stent. 

Sebaliknya, tanpa stent hampir 40% penderita mengeluh nyeri dada akibat restenosis. Menurut dr. A. Fauzi Yahya, Sp.J.P. Seorang dokter spesialis jantung di RS. Hasan sadikin Bandung mengatakan bahwa pemasangan alat ini sederhana. 

Stent berbentuk cincin yang menempel pada balon di ujung kateter diarahkan ke lokasi penyempitan. Pada saat balon dikembangkan maka Stent pun ikut mengembang lalu menempel pada lumen pembuluh darah arteri koronaria. 

Balon kemudian dikempiskan dan ditarik kembali dengan meninggalkan Stent dalam koroner. Stent yang didesain ada yang menggunakan lapisan obat makrolid anti jamur yang bersifat imunosupresan kuat. Stent yang demikian menurut dr. Fauzi, harganya dua hingga tiga kali lipat dari yang tanpa lapis obat. 

Penanganan koroner kini tidak hanya dengan penderita satu penyempitan koroner, tetapi juga pada ketiga penyempitan pembuluh koroner jantung. Kemajuan ini ternyata berdampak pada penurunan jumlah bedah Bypass, hal ini dapat dimengerti karena orang lebih senang menjalani tindakan tanpa pembedahan ketimbang harus menjalani operasi bedah jantung. 


Adapaun prosedur pemasangan Stent dan Balon tersebut, adalah sebagai berikut : 

1. Kateter disisipkan melalui arteri besar yang akan menuju jantung, dimana pada saat itu juga disisipkan zat warna khusus ke dalam arteri yang digunakan dalam membantu menunjukan tempat terjadinya penyempitan pada koronaria. 

2. Sebuah alat yang tersusun atas balon terbungkus Stent anyaman diarahkan menuju tempat terjadinya penyempitan. 

3. Pada saat alat tersebut sampai pada tempat penyempitan maka balon dibesarkan untuk mengembangkan Stent. Stent yang meregang ini menyebabkan pembuluh darah yang menyempit menjadi mengembang. 

4. Setelah Stent meregang maka balon dikempiskan. Sementara itu, Stent tetap meregang hingga balon ditarik kembali keluar. Saat itu pembuluh koronaria akan di tahan oleh Stent yang meregang agar tetap terbuka lumenya dari penyempitan awal. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar